Manfaat Lahan Gambut. Di Indonesia terdapat lahan gambut yang sangat luas mencapai 26 juta ha. Lahan gambut saat ini banyak di gunakan sebagai lahan pertanian. Apakah pengertian dari lahan gambut? Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata gambut berasal dari bahasa Banjar (bahasa sehari-hari penduduk Kalimantan Selatan). Gambut terbentuk dari hasil dekomposisi bahan-bahan organik seperti dedaunan, ranting serta semak belukar yang berlangsung dalam kecepatan yang lambat dan dalam keadaan anaerob atau jenuh air.
Lahan gambut secara umum memiliki kadar keasaman (pH) tinggi, unsur hara dan kejenuhan basa (KB) yang rendah. Akibatnya produksi tanaman pertanian atau perkebunan di lahan gambut sangat rendah. Inilah karakteristik gambut di Indonesia.
Berdasarkan ketebalannya, gambut dibedakan menjadi empat tipe :
1. Gambut Dangkal, dengan ketebalan 0.5 – 1.0 m
2. Gambut Sedang, memiliki ketebalan 1.0 – 2.0 m
3. Gambut Dalam, dengan ketebalan 2.0 – 3.0 m
4. Gambut Sangat Dalam, yang memiliki ketebalan melebihi 3.0 m
Sedangkan berdasarkan kematangannya, gambut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Fibrik : bahan vegetatif aslinya masih dapat diidentifikasi atau sedikit mengalami dekomposisi
2. Hemik : apabila tingkat dekomposisinya sedang
3. Saprik : apabila bahan vegetasi aslinya mengalami tingkat dekomposisi lanjut/ tinggi.
Manfaat Lahan Gambut
a. Lahan budidaya pertanian.
Penduduk di lahan gambut biasanya menanam padi dan sayur-mayur serta lidah buaya. Di bagian gambut lainnya, juga dibudidayakan tanaman keras yang menjadi penghasilan utama masyarakat tempatan seperti karet dan kelapa.
Diperkirakan setiap tahunnya ada 200 – 300 ribu ha lahan gambut dikonversi untuk pengembangan usaha HTI (hutan tanaman industri), perkebunan sawit skala besar dan budidaya tanaman pangan oleh penduduk tempatan. Khusus untuk kebun sawit, berdasarkan penelitian pada tahun 2008, Sawit Watch mendapati setidaknya 100 ribu ha lahan gambut dikonversi menjadi perkebunan sawit setiap tahunnya.
Misalnya saja di Provinsi Riau, Sawit Watch mencatat 792.618, 08 hektar lahan gambut dikonversi oleh 110 perusahaan menjadi perkebunan kelapa sawit. Apabila dihitung secara merata, setiap perusahaan sawit mengubah 7.205 ha lahan gambut mejadi kebun sawit.
Di Provinsi Kalimantan Barat terdapat 324.051 ha lahan gambut diubah menjadi perkebunan sawit skala besar yang dimiliki oleh 133 perusahaan kelapa sawit. Kedalaman lahan gambut yang dikonversi tadi berkisar 50 – 400 cm. setiap perusahaan rata-rata mengelola 2.436 ha. Masih menurut data Sawit Watch, PT Berkah Tanjung Mulya merupakan perusahaan pemilik kebun sawit paling luas di lahan gambut Kalimantan Barat seluas 20.206 ha.
b. Lahan peternakan
Lahan gambut banyak di ubah menjadi lokasi untuk peternakan terutama ternak seperti sapi dan unggas. Perubahan ini hampir terjadi di beberapa propinsi di Indonesia.
c. Lahan perikanan.
Saat musim penghujan tiba, penduduk lokal mulai membenihkan ikan dalam keramba serta mengembangbiakkan ternak seperti unggas-unggasan. Sebagian lain tetap rajin memelihara kerbau atau sapi yang dianggapnya sebagai simpanan (tabungan).
d. Lahan gambut sangat bermanfaat sebagai daerah sumber air, resapan dan cadangan air.
Lahan gambut juga sangat berguna sebagai daerah untuk menampung air hujan sehingga pada daerah ini akan terdapat sumber air yang dapat di manfaatkan untuk jangka waktu yang panjang.
e. Mengurangi Pemanasan Global
Bahkan ketika pemanasan global dan perubahan iklim menjadi permasalahan dunia saat ini, keberadaan lahan gambut semakin penting karena ia mampu menahan gas-gas rumah kaca (seperti karbon dan metan), salah satu penyebab pemanasan global dan perubahan iklim
Lahan gambut secara umum memiliki kadar keasaman (pH) tinggi, unsur hara dan kejenuhan basa (KB) yang rendah. Akibatnya produksi tanaman pertanian atau perkebunan di lahan gambut sangat rendah. Inilah karakteristik gambut di Indonesia.
Berdasarkan ketebalannya, gambut dibedakan menjadi empat tipe :
1. Gambut Dangkal, dengan ketebalan 0.5 – 1.0 m
2. Gambut Sedang, memiliki ketebalan 1.0 – 2.0 m
3. Gambut Dalam, dengan ketebalan 2.0 – 3.0 m
4. Gambut Sangat Dalam, yang memiliki ketebalan melebihi 3.0 m
Sedangkan berdasarkan kematangannya, gambut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Fibrik : bahan vegetatif aslinya masih dapat diidentifikasi atau sedikit mengalami dekomposisi
2. Hemik : apabila tingkat dekomposisinya sedang
3. Saprik : apabila bahan vegetasi aslinya mengalami tingkat dekomposisi lanjut/ tinggi.
a. Lahan budidaya pertanian.
Penduduk di lahan gambut biasanya menanam padi dan sayur-mayur serta lidah buaya. Di bagian gambut lainnya, juga dibudidayakan tanaman keras yang menjadi penghasilan utama masyarakat tempatan seperti karet dan kelapa.
Diperkirakan setiap tahunnya ada 200 – 300 ribu ha lahan gambut dikonversi untuk pengembangan usaha HTI (hutan tanaman industri), perkebunan sawit skala besar dan budidaya tanaman pangan oleh penduduk tempatan. Khusus untuk kebun sawit, berdasarkan penelitian pada tahun 2008, Sawit Watch mendapati setidaknya 100 ribu ha lahan gambut dikonversi menjadi perkebunan sawit setiap tahunnya.
Misalnya saja di Provinsi Riau, Sawit Watch mencatat 792.618, 08 hektar lahan gambut dikonversi oleh 110 perusahaan menjadi perkebunan kelapa sawit. Apabila dihitung secara merata, setiap perusahaan sawit mengubah 7.205 ha lahan gambut mejadi kebun sawit.
Di Provinsi Kalimantan Barat terdapat 324.051 ha lahan gambut diubah menjadi perkebunan sawit skala besar yang dimiliki oleh 133 perusahaan kelapa sawit. Kedalaman lahan gambut yang dikonversi tadi berkisar 50 – 400 cm. setiap perusahaan rata-rata mengelola 2.436 ha. Masih menurut data Sawit Watch, PT Berkah Tanjung Mulya merupakan perusahaan pemilik kebun sawit paling luas di lahan gambut Kalimantan Barat seluas 20.206 ha.
b. Lahan peternakan
Lahan gambut banyak di ubah menjadi lokasi untuk peternakan terutama ternak seperti sapi dan unggas. Perubahan ini hampir terjadi di beberapa propinsi di Indonesia.
c. Lahan perikanan.
Saat musim penghujan tiba, penduduk lokal mulai membenihkan ikan dalam keramba serta mengembangbiakkan ternak seperti unggas-unggasan. Sebagian lain tetap rajin memelihara kerbau atau sapi yang dianggapnya sebagai simpanan (tabungan).
d. Lahan gambut sangat bermanfaat sebagai daerah sumber air, resapan dan cadangan air.
Lahan gambut juga sangat berguna sebagai daerah untuk menampung air hujan sehingga pada daerah ini akan terdapat sumber air yang dapat di manfaatkan untuk jangka waktu yang panjang.
e. Mengurangi Pemanasan Global
Bahkan ketika pemanasan global dan perubahan iklim menjadi permasalahan dunia saat ini, keberadaan lahan gambut semakin penting karena ia mampu menahan gas-gas rumah kaca (seperti karbon dan metan), salah satu penyebab pemanasan global dan perubahan iklim
No comments:
Post a Comment